bagai mana caranya Indonesia bisa maju, kalau bibit-bibit muda kita disisihkan hanya berdasarkan fisik, bukan berdasarkan ahlak, moral, dan intelegensi,,??
coba liat proses seleksi pemerintahan, departemen, BUMN, dll dimana-mana,, pasti selalu ada tinggi berat badan seimbang, tidak cacat tubuh, tidak pernah dipenjara, tidak bertato, dan sebagainya dan sebagainya,,,
Sintingnya lagi, terakhir gw liat ada persyaratan TIDAK BERMATA JULING,,!!!
WHAT A STUPID TOUGHT,,,???? bermata juling itu kan gak membuat pengelihatannya keliru!!
mata juling hanya masalah pada otot mata, bukan kornea.
bermata juling gak membuat orang keliru melihat tulisan, ataupun menulis pada baris yang salah kan???
apakah para calon pekerja ini akan pergi ke medan pertempuran layaknya polisi atau tentara sehingga tinggi dan berat badan harus seimbang?? toh mereka akan bekerja dibelakang meja kok!!
kenapa seleksi cacat tubuh harus ada diawal, sebelum tes tertulis atau wawancara?
apakah orang yang tinggi badannya sedikit (PENDEK) membuat isi otaknya juga sedikit?
tidakkah bisa dilihat dibelahan dunia lain dimana orang2 dengan masalah hormon pertumbuhan tubuh juga bisa mempunyai kecerdasan yang luar biasa?
ada juga syarat tidak pernah terlibat tindakan kriminal, kalau selalu seperti ini keadaannya, lalu mau jadi apa orang2 yang sudah keluar dari penjara dan ingin bertobat?? kemana mereka akan mencari penghidupan kalau pemerintah sendiri tidak ingin menampung? bukankah mereka akan malah akan dengan sangat terpaksa mengulangi lagi perbuatannya karena himpitan ekonomi?? lalu DIMANA TANGGUNG JAWAB NEGARA...???
Sangat konyol memang, perkembangan dunia seni yang membuat tatto sekarang tidak menjadi identik dengan dunia kriminal tidak diikuti pengetahuan para orang kolot yang malah menelanjangi semua calon pelamar demi melihat tidak ada setitik tatto pun diatas kulitnya,,, BODOH!!! kalau memang dengan pakaian pun tidak terlihat kenapa harus berbugil bugil ria??? BUKANKAH INI PELECEHAN SEKSUAL??
Gak heran keadaan negara tambah carut marut, karena tidak ada lagi akhlak dan moral yang terdetaksi dengan baik oleh sistem rekrutmen yang benar benar bodoh ini.
DIMANA KORELASINYA TINGGI BADAN DENGAN INTELEGENSI,,???
BAGAIMANA HUBUNGANNYA CACAT TUBUH DENGAN AHLAK MULIA,,,??
APA SANGKUT PAUTNYA TATTO DENGAN MORALITAS,,,???
baru-baru justru ada berita di jambi bahwa kedepannya mau ada sistem penerimaan siswa baru harus melalui tes keperawanan,,??? ide tolol siapa lagi ini coba??
sangat picik dan sedikit sekalli otaknya ini orang,,, dengan alasan tujuan yang baik, malah melanggar hak azasi warga negara untuk dapat pengetahuan di sekolah.
toh hilangnya keperawanan tidak selalu karena seks, bisa juga karena kecelakaan, terjatuh dari sepeda, dll. Lalu kalau mereka tidak bisa bersekolah, trus mau ngapain dong?? apa iya cuma bisa jadi PSK??? yg pasti usul itu adalah hasil pemikiran anggota Dewan yang sehat secara fisik, tinggi dan berat badannya ideal, tidak juling, tidak bertatto, tidak pernah terlibat kriminal, cuma memang OTAKNYA SEDIKIT,,!!!
Senin, 20 September 2010
Sabtu, 23 Januari 2010
The Big Scenario
Apa yang terjadi selama ini sebetulnya bukanlah kasus yang sebenarnya, tetapi hanya sebuah ujung dari konspirasi besar yang memang bertujuan mengkriminalisasi institusi KPK. Dengan cara terlebih dahulu mengkriminalisasi pimpinan, kemudian menggantinya sesuai dengan orang-orang yang sudah dipilih oleh “sang sutradara”, akibatnya, meskipun nanti lembaga ini masih ada namun tetap akan dimandulkan.
Agar Anda semua bisa melihat persoalan ini lebih jernih, mari kita telusuri mulai dari kasus Antasari Azhar. Sebagai pimpinan KPK yang baru, menggantikan Taufiqurahman Ruqi, gerakan Antasari memang luar biasa. Dia main tabrak kanan dan kiri, siapa pun dibabat, termasuk besan Presiden SBY.
Antasari yang disebut-sebut sebagai orangnya Megawati (PDIP), ini tidak pandang bulu karena siapapun yang terkait korupsi langsung disikat. Bahkan, beberapa konglomerat hitam — yang kasusnya masih menggantung pada era sebelum era Antasari, sudah masuk dalam agenda pemeriksaaanya.
Tindakan Antasari yang hajar kanan-kiri, dinilai Jaksa Agung Hendarman sebagai bentuk balasan dari sikap Kejaksaan Agung yang tebang pilih, dimana waktu Hendraman jadi Jampindsus, dialah yang paling rajin menangkapi Kepala Daerah dari Fraksi PDIP. Bahkan atas sukses menjebloskan Kepala Daerah dari PDIP, dan orang-orang yang dianggap orangnya Megawati, seperti ECW Neloe, maka Hendarman pun dihadiahi jabatan sebagai Jaksa Agung.
Setelah menjadi Jaksa Agung, Hendarman makin resah, karena waktu itu banyak pihak termasuk DPR menghendaki agar kasus BLBI yang melibatkan banyak konglomerat hitam dan kasusnya masih terkatung –katung di Kejaksaan dan Kepolisian untuk dilimpahkan atau diambilalih KPK. Tentu saja hal ini sangat tidak diterima kalangan kejaksaan, dan Bareskrim, karena selama ini para pengusaha ini adalah tambang duit dari para aparat Kejaksaan dan Kepolisian, khususnya Bareskrim. Sekedar diketahui Bareskrim adalah supplier keungan untuk Kapolri dan jajaran perwira polisi lainnya.
Sikap Antasari yang berani menahan besan SBY, sebetulnya membuat SBY sangat marah kala itu. Hanya, waktu itu ia harus menahan diri, karena dia harus menjaga citra, apalagi moment penahanan besannya mendekati Pemilu, dimana dia akan mencalonkan lagi. SBY juga dinasehati oleh orang-orang dekatnya agar moment itu nantinya dapat dipakai untuk bahan kampanye, bahwa seorang SBY tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. SBY terus mendendam apalagi, setiap ketemu menantunya Anisa Pohan , suka menangis sambil menanyakan nasib ayahnya.
Dendam SBY yang membara inilah yang dimanfaatkan oleh Kapolri dan Jaksa Agung untuk mendekati SBY, dan menyusun rencana untuk “melenyapkan” Antasari. Tak hanya itu, Jaksa Agung dan Kapolri juga membawa konglomerat hitam pengemplang BLBI [seperti Syamsul Nursalim, Agus Anwar, Liem Sioe Liong, dan lain-lainnya) , dan konglomerat yang tersandung kasus lainnya seperti James Riyadi (kasus penyuapan yang melibatkan salah satu putra mahkota Lippo, Billy Sindoro terhadap oknun KPPU dalam masalah Lipo-enet/Astro, dimana waktu itu Billy langsung ditangkap KPK dan ditahan), Harry Tanoe (kasus NCD Bodong dan Sisminbakum yang selama masih mengantung di KPK), Tommy Winata (kasus perusahaan ikan di Kendari, Tommy baru sekali diperiksa KPK), Sukanto Tanoto (penggelapan pajak Asian Agri), dan beberapa konglomerat lainnya].
Para konglomerat hitam itu berjanji akan membiayai pemilu SBY, namun mereka minta agar kasus BLBI , dan kasus-kasus lainnya tidak ditangani KPK. Jalur pintas yang mereka tempuh untuk “menghabisi Antasari “ adalah lewat media. Waktu itu sekitar bulan Februari- Maret 2008 semua wartawan Kepolisian dan juga Kejaksaan (sebagian besar adalah wartawan brodex – wartawan yang juga doyan suap) diajak rapat di Hotel Bellagio Kuningan. Ada dana yang sangat besar untuk membayar media, di mana tugas media mencari sekecil apapun kesalahan Antasari. Intinya media harus mengkriminalisasi Antasari, sehingga ada alasan menggusur Antasari.
Nyatanya, tidak semua wartawan itu “hitam”, namun ada juga wartawan yang masih putih, sehingga gerakan mengkriminalisaai Antasari lewat media tidak berhasil.
Antasari sendiri bukan tidak tahu gerakan-gerakan yang dilakukan Kapolri dan Jaksa Agung yang di back up SBY untuk menjatuhkannya. Antasari bukannya malah nurut atau takut, justeru malah menjadi-hadi dan terkesan melawan SBY. Misalnya Antasari yang mengetahui Bank Century telah dijadikan “alat” untuk mengeluarkan duit negara untuk membiayai kampanye SBY, justru berkoar akan membongkar skandal bank itu. Antasari sangat tahu siapa saja operator –operator Century, dimana Sri Mulyani dan Budiono bertugas mengucurkan duit dari kas negara, kemudian Hartati Mudaya, dan Budi Sampurna, (adik Putra Sanpurna) bertindak sebagai nasabah besar yang seolah-olah menyimpan dana di Century, sehingga dapat ganti rugi, dan uang inilah yang digunakan untuk biaya kampanye SBY.
Tentu saja, dana tersebut dijalankan oleh Hartati Murdaya, dalam kapasitasnya sebagai Bendahara Paratai Demokrat, dan diawasi oleh Eddy Baskoro plus Djoko Sujanto (Menkolhukam) yang waktu itu jadi Bendahara Tim Sukses SBY. Modus penggerogotan duit Negara ini biar rapi maka harus melibatkan orang bank (agar terkesan Bank Century diselamatkan pemerintah), maka ditugaskan lah Agus Martowardoyo (Dirut Bank Mandiri), yang kabarnya akan dijadikan Gubernur BI ini. Agus Marto lalu menyuruh Sumaryono (pejabat Bank Mandiri yang terkenal lici dan korup) untuk memimpin Bank Century saat pemerintah mulai mengalirkan duit 6,7 T ke Bank Century.
Antasari bukan hanya akan membongkar Century, tetapi dia juga mengancam akan membongkar proyek IT di KPU, dimana dalam tendernya dimenangkan oleh perusahaannya Hartati Murdaya (Bendahara Demokrat). Antasari sudah menjadi bola liar, ia membahayakan bukan hanya SBY tetapi juga Kepolisian, Kejaksaan, dan para konglomerat , serta para innercycle SBY. Akhirnya Kapolri dan Kejaksaan Agung membungkam Antasari. Melalui para intel akhirnya diketahui orang-orang dekat Antasari untuk menggunakan menjerat Antasari.
Orang pertama yang digunakan adalah Nasrudin Zulkarnaen. Nasrudin memang cukup dekat Antasari sejak Antasari menjadi Kajari, dan Nasrudin masih menjadi pegawai. Maklum Nasrudin ini memang dikenal sebagai Markus (Makelar Kasus). Dan ketika Antasari menjadi Ketua KPK, Nasrudin melaporkan kalau ada korupsi di tubuh PT Rajawali Nusantara Indonesia (induk Rajawali Putra Banjaran). Antasari minta data-data tersebut, Nasrudin menyanggupi, tetapi dengan catatan Antasari harus menjerat seluruh jajaran direksi PT Rajawali, dan merekomendasarkan ke Menteri BUMN agar ia yang dipilih menjadi dirut PT RNI, begitu jajaran direksi PT RNI ditangkap KPK.
Antasari tadinya menyanggupi transaksi ini, namun data yang diberikan Nasrudin ternyata tidak cukup bukti untuk menyeret direksi RNI, sehingga Antasari belum bisa memenuhi permintaan Nasrudin. Seorang intel polsi yang mencium kekecewaan Nasrudin, akhirnya mengajak Nasrudin untuk bergabung untuk melindas Antasari. Dengan iming-iming, jasanya akan dilaporkan ke Presiden SBY dan akan diberi uang yang banyak, maka skenario pun disusun, dimana Nasrudin disuruh mengumpan Rani Yulianti untuk menjebak Antasari.
Rupanya dalam rapat antara Kapolri dan Kejaksaan, yang diikuti Kabareskrim. melihat kalau skenario menurunkan Antasari hanya dengan umpan perempuan, maka alasan untuk mengganti Antasari sangat lemah. Oleh karena itu tercetuslah ide untuk melenyapkan Nasrudin, dimana dibuat skenario seolah yang melakukan Antasari. Agar lebih sempurna, maka dilibatkanlah pengusaha Sigit Hario Wibisono. Mengapa polisi dan kejaksaan memilih Sigit, karena seperti Nasrudin, Sigit adalah kawan Antasari, yang kebetulan juga akan dibidik oleh Antasari dalam kasus penggelapan dana di Departemen Sosial sebasar Rp 400 miliar.
Sigit yang pernah menjadi staf ahli di Depsos ini ternyata menggelapakan dana bantuan tsunami sebesar Rp 400 miliar. Sebagai teman, Antasari, mengingatkan agar Sigit lebih baik mengaku, sehingga tidak harus “dipaksa KPK”. Nah Sigit yang juga punya hubungan dekat dengan Polisi dan Kejaksaan, mengaku merasa ditekan Antasari. Di situlah kemudian Polisi dan Kejaksaan melibatkan Sigit dengan meminta untuk memancing Antasari ke rumahnya, dan diajak ngobrol seputar tekana-tekanan yang dilakukan oleh Nasrudin. Terutama, yang berkait dengan “terjebaknya: Antasari di sebuah hotel dengan istri ketiga Nasrudin.
Nasrudin yang sudah berbunga-bunga, tidak pernah menyangka, bahwa akhirnya dirinyalah yang dijadikan korban, untuk melengserkan Antasari selama-laamnya dari KPK. Dan akhirnya disusun skenario yang sekarang seperti diajukan polisi dalam BAP-nya. Kalau mau jujur, eksekutor Nasrudin buknalah tiga orang yangs sekarang ditahan polisi, tetapi seorang polisi (Brimob ) yang terlatih.
Bibit dan Chandra. Lalu bagaimana dengan Bibit dan Chandra? Kepolisian dan Kejaksaan berpikir dengan dibuinya Antasari, maka KPK akan melemah. Dalam kenyataannya, tidak demikian. Bibit dan Chandra , termasuk yang rajin meneruskan pekerjaan Antasari. Seminggu sebelum Antasari ditangkap, Antasari pesan wanti-wanti agar apabila terjadi apa-apa pada dirinya, maka penelusuran Bank Century dan IT KPU harus diteruskan.
Itulah sebabnya KPK terus akan menyelidiki Bank Century, dengan terus melakukan penyadapan-penyadap an. Nah saat melakukan berbagai penyadapan, nyangkutlah Susno yang lagi terima duit dari Budi Sammpoerna sebesar Rp 10 miliar, saat Budi mencairkan tahap pertama sebasar US $ 18 juta atau 180 miliar dari Bank Century. Sebetulnya ini bukan berkait dengan peran Susno yang telah membuat surat ke Bank Century (itu dibuat seperti itu biar seolah–olah duit komisi), duit itu merupakan pembagian dari hasil jarahan Bank Century untuk para perwira Polri. Hal ini bisa dipahami, soalnya polisi kan tahu modus operansi pembobolan duit negara melalui Century oleh inner cycle SBY.
Bibit dan Chandra adalah dua pimpinan KPK yang intens akan membuka skandal bank Bank Century. Nah, karena dua orang ini membahayakan, Susno pun ditugasi untuk mencari-cari kesalahan Bibit dan Chandra. Melalui seorang Markus (Eddy Sumarsono) diketahui, bahwa Bibit dan Chandra mengeluarkan surat cekal untuk Anggoro. Maka dari situlah kemudian dibuat Bibit dan Chandra melakukan penyalahgunaan wewenang.
Nah, saat masih dituduh menyalahgunakan wewenang, rupanya Bibit dan Chandra bersama para pengacara terus melawan, karena alibi itu sangat lemah, maka disusunlah skenario terjadinya pemerasan. Di sinilah Antasari dibujuk dengan iming-iming, ia akan dibebaskan dengan bertahap (dihukum tapi tidak berat), namun dia harus membuat testimony, bahwa Bibit dan Chandra melakukan pemerasan.
Berbagai cara dilakukan, Anggoro yang memang dibidik KPK, dijanjikan akan diselsaikan masalahnya Kepolisian dan Jaksa, maka disusunlah berbagai skenario yang melibatkanAnggodo, karena Angodo juga selama ini sudah biasa menjadi Markus. Persoalan menjadi runyam, ketika media mulai mengeluarkan sedikir rekaman yang ada kalimat R1-nya. Saat dimuat media, SBY konon sangat gusar, juga orang-orang dekatnya, apalagi Bibit dan Chandra sangat tahu kasus Bank Century. Kapolri dan Jaksa Agung konon ditegur habis Presiden SBY agar persoalan tidak meluas, maka ditahanlah Bibit dan Chandra ditahan. Tanpa diduga, rupanya penahaan Bibit dan Chandra mendapat reaksi yang luar biasa dari publik maka Presiden pun sempat keder dan menugaskan Denny Indrayana untuk menghubungi para pakar hokum untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF).
Demikian, sebetulnya bahwa ujung persoalan adalah SBY, Jaksa Agung, Kapolri, Joko Suyanto, dan para kongloemrat hitam, serta innercycle SBY (pengumpul duit untk pemilu legislative dan presiden). RASANYA ENDING PERSOALAN INI AKAN PANJANG, KARENA SBY PASTI TIDAK AKAN BERANI BERSIKAP. Satu catatan, Anggoro dan Anggodo, termasuk penyumbang Pemilu yang paling besar.
Jadi mana mungkin Polisi atau Jaksa, bahkan Presiden SBY sekalipun berani menagkap Anggodo!
Agar Anda semua bisa melihat persoalan ini lebih jernih, mari kita telusuri mulai dari kasus Antasari Azhar. Sebagai pimpinan KPK yang baru, menggantikan Taufiqurahman Ruqi, gerakan Antasari memang luar biasa. Dia main tabrak kanan dan kiri, siapa pun dibabat, termasuk besan Presiden SBY.
Antasari yang disebut-sebut sebagai orangnya Megawati (PDIP), ini tidak pandang bulu karena siapapun yang terkait korupsi langsung disikat. Bahkan, beberapa konglomerat hitam — yang kasusnya masih menggantung pada era sebelum era Antasari, sudah masuk dalam agenda pemeriksaaanya.
Tindakan Antasari yang hajar kanan-kiri, dinilai Jaksa Agung Hendarman sebagai bentuk balasan dari sikap Kejaksaan Agung yang tebang pilih, dimana waktu Hendraman jadi Jampindsus, dialah yang paling rajin menangkapi Kepala Daerah dari Fraksi PDIP. Bahkan atas sukses menjebloskan Kepala Daerah dari PDIP, dan orang-orang yang dianggap orangnya Megawati, seperti ECW Neloe, maka Hendarman pun dihadiahi jabatan sebagai Jaksa Agung.
Setelah menjadi Jaksa Agung, Hendarman makin resah, karena waktu itu banyak pihak termasuk DPR menghendaki agar kasus BLBI yang melibatkan banyak konglomerat hitam dan kasusnya masih terkatung –katung di Kejaksaan dan Kepolisian untuk dilimpahkan atau diambilalih KPK. Tentu saja hal ini sangat tidak diterima kalangan kejaksaan, dan Bareskrim, karena selama ini para pengusaha ini adalah tambang duit dari para aparat Kejaksaan dan Kepolisian, khususnya Bareskrim. Sekedar diketahui Bareskrim adalah supplier keungan untuk Kapolri dan jajaran perwira polisi lainnya.
Sikap Antasari yang berani menahan besan SBY, sebetulnya membuat SBY sangat marah kala itu. Hanya, waktu itu ia harus menahan diri, karena dia harus menjaga citra, apalagi moment penahanan besannya mendekati Pemilu, dimana dia akan mencalonkan lagi. SBY juga dinasehati oleh orang-orang dekatnya agar moment itu nantinya dapat dipakai untuk bahan kampanye, bahwa seorang SBY tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. SBY terus mendendam apalagi, setiap ketemu menantunya Anisa Pohan , suka menangis sambil menanyakan nasib ayahnya.
Dendam SBY yang membara inilah yang dimanfaatkan oleh Kapolri dan Jaksa Agung untuk mendekati SBY, dan menyusun rencana untuk “melenyapkan” Antasari. Tak hanya itu, Jaksa Agung dan Kapolri juga membawa konglomerat hitam pengemplang BLBI [seperti Syamsul Nursalim, Agus Anwar, Liem Sioe Liong, dan lain-lainnya) , dan konglomerat yang tersandung kasus lainnya seperti James Riyadi (kasus penyuapan yang melibatkan salah satu putra mahkota Lippo, Billy Sindoro terhadap oknun KPPU dalam masalah Lipo-enet/Astro, dimana waktu itu Billy langsung ditangkap KPK dan ditahan), Harry Tanoe (kasus NCD Bodong dan Sisminbakum yang selama masih mengantung di KPK), Tommy Winata (kasus perusahaan ikan di Kendari, Tommy baru sekali diperiksa KPK), Sukanto Tanoto (penggelapan pajak Asian Agri), dan beberapa konglomerat lainnya].
Para konglomerat hitam itu berjanji akan membiayai pemilu SBY, namun mereka minta agar kasus BLBI , dan kasus-kasus lainnya tidak ditangani KPK. Jalur pintas yang mereka tempuh untuk “menghabisi Antasari “ adalah lewat media. Waktu itu sekitar bulan Februari- Maret 2008 semua wartawan Kepolisian dan juga Kejaksaan (sebagian besar adalah wartawan brodex – wartawan yang juga doyan suap) diajak rapat di Hotel Bellagio Kuningan. Ada dana yang sangat besar untuk membayar media, di mana tugas media mencari sekecil apapun kesalahan Antasari. Intinya media harus mengkriminalisasi Antasari, sehingga ada alasan menggusur Antasari.
Nyatanya, tidak semua wartawan itu “hitam”, namun ada juga wartawan yang masih putih, sehingga gerakan mengkriminalisaai Antasari lewat media tidak berhasil.
Antasari sendiri bukan tidak tahu gerakan-gerakan yang dilakukan Kapolri dan Jaksa Agung yang di back up SBY untuk menjatuhkannya. Antasari bukannya malah nurut atau takut, justeru malah menjadi-hadi dan terkesan melawan SBY. Misalnya Antasari yang mengetahui Bank Century telah dijadikan “alat” untuk mengeluarkan duit negara untuk membiayai kampanye SBY, justru berkoar akan membongkar skandal bank itu. Antasari sangat tahu siapa saja operator –operator Century, dimana Sri Mulyani dan Budiono bertugas mengucurkan duit dari kas negara, kemudian Hartati Mudaya, dan Budi Sampurna, (adik Putra Sanpurna) bertindak sebagai nasabah besar yang seolah-olah menyimpan dana di Century, sehingga dapat ganti rugi, dan uang inilah yang digunakan untuk biaya kampanye SBY.
Tentu saja, dana tersebut dijalankan oleh Hartati Murdaya, dalam kapasitasnya sebagai Bendahara Paratai Demokrat, dan diawasi oleh Eddy Baskoro plus Djoko Sujanto (Menkolhukam) yang waktu itu jadi Bendahara Tim Sukses SBY. Modus penggerogotan duit Negara ini biar rapi maka harus melibatkan orang bank (agar terkesan Bank Century diselamatkan pemerintah), maka ditugaskan lah Agus Martowardoyo (Dirut Bank Mandiri), yang kabarnya akan dijadikan Gubernur BI ini. Agus Marto lalu menyuruh Sumaryono (pejabat Bank Mandiri yang terkenal lici dan korup) untuk memimpin Bank Century saat pemerintah mulai mengalirkan duit 6,7 T ke Bank Century.
Antasari bukan hanya akan membongkar Century, tetapi dia juga mengancam akan membongkar proyek IT di KPU, dimana dalam tendernya dimenangkan oleh perusahaannya Hartati Murdaya (Bendahara Demokrat). Antasari sudah menjadi bola liar, ia membahayakan bukan hanya SBY tetapi juga Kepolisian, Kejaksaan, dan para konglomerat , serta para innercycle SBY. Akhirnya Kapolri dan Kejaksaan Agung membungkam Antasari. Melalui para intel akhirnya diketahui orang-orang dekat Antasari untuk menggunakan menjerat Antasari.
Orang pertama yang digunakan adalah Nasrudin Zulkarnaen. Nasrudin memang cukup dekat Antasari sejak Antasari menjadi Kajari, dan Nasrudin masih menjadi pegawai. Maklum Nasrudin ini memang dikenal sebagai Markus (Makelar Kasus). Dan ketika Antasari menjadi Ketua KPK, Nasrudin melaporkan kalau ada korupsi di tubuh PT Rajawali Nusantara Indonesia (induk Rajawali Putra Banjaran). Antasari minta data-data tersebut, Nasrudin menyanggupi, tetapi dengan catatan Antasari harus menjerat seluruh jajaran direksi PT Rajawali, dan merekomendasarkan ke Menteri BUMN agar ia yang dipilih menjadi dirut PT RNI, begitu jajaran direksi PT RNI ditangkap KPK.
Antasari tadinya menyanggupi transaksi ini, namun data yang diberikan Nasrudin ternyata tidak cukup bukti untuk menyeret direksi RNI, sehingga Antasari belum bisa memenuhi permintaan Nasrudin. Seorang intel polsi yang mencium kekecewaan Nasrudin, akhirnya mengajak Nasrudin untuk bergabung untuk melindas Antasari. Dengan iming-iming, jasanya akan dilaporkan ke Presiden SBY dan akan diberi uang yang banyak, maka skenario pun disusun, dimana Nasrudin disuruh mengumpan Rani Yulianti untuk menjebak Antasari.
Rupanya dalam rapat antara Kapolri dan Kejaksaan, yang diikuti Kabareskrim. melihat kalau skenario menurunkan Antasari hanya dengan umpan perempuan, maka alasan untuk mengganti Antasari sangat lemah. Oleh karena itu tercetuslah ide untuk melenyapkan Nasrudin, dimana dibuat skenario seolah yang melakukan Antasari. Agar lebih sempurna, maka dilibatkanlah pengusaha Sigit Hario Wibisono. Mengapa polisi dan kejaksaan memilih Sigit, karena seperti Nasrudin, Sigit adalah kawan Antasari, yang kebetulan juga akan dibidik oleh Antasari dalam kasus penggelapan dana di Departemen Sosial sebasar Rp 400 miliar.
Sigit yang pernah menjadi staf ahli di Depsos ini ternyata menggelapakan dana bantuan tsunami sebesar Rp 400 miliar. Sebagai teman, Antasari, mengingatkan agar Sigit lebih baik mengaku, sehingga tidak harus “dipaksa KPK”. Nah Sigit yang juga punya hubungan dekat dengan Polisi dan Kejaksaan, mengaku merasa ditekan Antasari. Di situlah kemudian Polisi dan Kejaksaan melibatkan Sigit dengan meminta untuk memancing Antasari ke rumahnya, dan diajak ngobrol seputar tekana-tekanan yang dilakukan oleh Nasrudin. Terutama, yang berkait dengan “terjebaknya: Antasari di sebuah hotel dengan istri ketiga Nasrudin.
Nasrudin yang sudah berbunga-bunga, tidak pernah menyangka, bahwa akhirnya dirinyalah yang dijadikan korban, untuk melengserkan Antasari selama-laamnya dari KPK. Dan akhirnya disusun skenario yang sekarang seperti diajukan polisi dalam BAP-nya. Kalau mau jujur, eksekutor Nasrudin buknalah tiga orang yangs sekarang ditahan polisi, tetapi seorang polisi (Brimob ) yang terlatih.
Bibit dan Chandra. Lalu bagaimana dengan Bibit dan Chandra? Kepolisian dan Kejaksaan berpikir dengan dibuinya Antasari, maka KPK akan melemah. Dalam kenyataannya, tidak demikian. Bibit dan Chandra , termasuk yang rajin meneruskan pekerjaan Antasari. Seminggu sebelum Antasari ditangkap, Antasari pesan wanti-wanti agar apabila terjadi apa-apa pada dirinya, maka penelusuran Bank Century dan IT KPU harus diteruskan.
Itulah sebabnya KPK terus akan menyelidiki Bank Century, dengan terus melakukan penyadapan-penyadap an. Nah saat melakukan berbagai penyadapan, nyangkutlah Susno yang lagi terima duit dari Budi Sammpoerna sebesar Rp 10 miliar, saat Budi mencairkan tahap pertama sebasar US $ 18 juta atau 180 miliar dari Bank Century. Sebetulnya ini bukan berkait dengan peran Susno yang telah membuat surat ke Bank Century (itu dibuat seperti itu biar seolah–olah duit komisi), duit itu merupakan pembagian dari hasil jarahan Bank Century untuk para perwira Polri. Hal ini bisa dipahami, soalnya polisi kan tahu modus operansi pembobolan duit negara melalui Century oleh inner cycle SBY.
Bibit dan Chandra adalah dua pimpinan KPK yang intens akan membuka skandal bank Bank Century. Nah, karena dua orang ini membahayakan, Susno pun ditugasi untuk mencari-cari kesalahan Bibit dan Chandra. Melalui seorang Markus (Eddy Sumarsono) diketahui, bahwa Bibit dan Chandra mengeluarkan surat cekal untuk Anggoro. Maka dari situlah kemudian dibuat Bibit dan Chandra melakukan penyalahgunaan wewenang.
Nah, saat masih dituduh menyalahgunakan wewenang, rupanya Bibit dan Chandra bersama para pengacara terus melawan, karena alibi itu sangat lemah, maka disusunlah skenario terjadinya pemerasan. Di sinilah Antasari dibujuk dengan iming-iming, ia akan dibebaskan dengan bertahap (dihukum tapi tidak berat), namun dia harus membuat testimony, bahwa Bibit dan Chandra melakukan pemerasan.
Berbagai cara dilakukan, Anggoro yang memang dibidik KPK, dijanjikan akan diselsaikan masalahnya Kepolisian dan Jaksa, maka disusunlah berbagai skenario yang melibatkanAnggodo, karena Angodo juga selama ini sudah biasa menjadi Markus. Persoalan menjadi runyam, ketika media mulai mengeluarkan sedikir rekaman yang ada kalimat R1-nya. Saat dimuat media, SBY konon sangat gusar, juga orang-orang dekatnya, apalagi Bibit dan Chandra sangat tahu kasus Bank Century. Kapolri dan Jaksa Agung konon ditegur habis Presiden SBY agar persoalan tidak meluas, maka ditahanlah Bibit dan Chandra ditahan. Tanpa diduga, rupanya penahaan Bibit dan Chandra mendapat reaksi yang luar biasa dari publik maka Presiden pun sempat keder dan menugaskan Denny Indrayana untuk menghubungi para pakar hokum untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF).
Demikian, sebetulnya bahwa ujung persoalan adalah SBY, Jaksa Agung, Kapolri, Joko Suyanto, dan para kongloemrat hitam, serta innercycle SBY (pengumpul duit untk pemilu legislative dan presiden). RASANYA ENDING PERSOALAN INI AKAN PANJANG, KARENA SBY PASTI TIDAK AKAN BERANI BERSIKAP. Satu catatan, Anggoro dan Anggodo, termasuk penyumbang Pemilu yang paling besar.
Jadi mana mungkin Polisi atau Jaksa, bahkan Presiden SBY sekalipun berani menagkap Anggodo!
Kamis, 17 September 2009
999 GRADUATION
Edane - Kau pikir kaulah segalanya
Edane – Kau Pikir Kaulah Segalanya
Seharusnya kau berada di sisiku
Mengusir sepi yang menyelimutiku
Di Sabtu malam janjimu
Tak sabar kumenunggu
Walau kesal hatiku
But it’s OK!
Kucoba memberikan toleransiku
Bikin resah, buyarkan konsentrasiku
Apakah engkau merasa
Aku bukan manusia
Yang tak luput dari rasa amarah
reff: Kuakui, kau memang manis
Tapi kau iblis
Kau pikir kaulah segalanya
Tuk dimaklumi
Dan juga Tuk ditakuti
Walau mempesona
Membutakan mata
Tapi bisa kubalas kau lebih gila (edan)
Waktu menunjukkan jam sepuluh malam
Suasana kurasakan begitu kelam
Firasatku mengatakan
Tak mungkin engkau datang
Tak seperti yang telah kau janjikan
Sabtu, 22 Agustus 2009
PUASA
ini tahun ke 6 gw di makassar, untuk kesekian kali jalanin bulan puasa disini dengan suasana yang cukup aneh, entah karena jiwa kreatip atau jiwa males??? orang-orang disini setiap malam bergadang sampai selesai sahur, trus tidur, atau dipaksain tidur-tiduran sampai sore, jadi pas bangun udah sore, trus tinggal tunggu beberapa jam sampai buka..
semoga puasa dapat dijalankan tulus dengan iman, tidak dengan akal-akalan sekedarnya menjalankan ritual tahunan.
Senin, 17 Agustus 2009
Harmonika Bandung Akan Kumandangkan Indonesia Raya di Elbrus, Rusia
Senin, 17 Agustus 2009 01:37 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 230 kali
Batam (ANTARA News) - Sieling Go, seorang ibu dari Maribaya Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akan mengumandangkan Indonesia Raya dengan harmonika di puncak barat Gunung Elbrus, Rusia, dalam merayakan HUT ke-64 Kemerdekaan Indonesia.
"Di puncak, Ling akan berdoa dan dengan harmonika menyanyikan Indonesia Raya," kata perempuan berusia setengah abad, ibu tiga anak dan penyuka lagu-lagu "country" itu lewat pesan elektronik yang diterima ANTARA di Batam, Minggu malam.
Sieling tergabung dalam Indonesia Independence Day Team 2009 atau Tim Ekspedisi Elbrus Eiger-Mahitala bersama Budi Hartono Purnomo, rekannya dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Katolik Parahyangan (Mahitala-Unpar) Bandung.
Mereka sudah tujuh hari aklimatisasi cuaca dan medan salju menuju puncak barat Elbrus, 5.642 meter di atas permukaan laut (mdpl), teratas di Rusia dan Eropa, salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia.
Ketujuh puncak gunung tertinggi di dunia adalah Kilimanjaro (5.896 mdpl) di Tanzania, Vinson Massif (4.897) di Antartika, Everest (8.848) di Nepal/China, Cartensz Pyramid (4.884) Papua, Elbrus (5.642) di Rusia, McKinley (6.194) di AS, dan Aconcagua (6.926) di Argentina.
Bersama dua tim dari Indonesia, Franky Kowaas (Federasi Mountaineering Indonesia) dan Miranti, Akhmad Zaenal serta Willy dari TvOne, Sieling dan Budi akan mendaki puncak secara bersamaan untuk mengibarkan Merah Putih dan mengumandangkan Indonesia Raya pada 17 Agustus 2009.
"Hari ini kami telah brifing rute dan mengecek peralatan. Dijadwalkan `summit attack` dimulai Senin pukul 03:00 dari Pastukhova Rocks. Total perjalanan ke puncak sekitar 15 jam," kata Budi yang pada 2007 berhasil ke puncak Kilimanjaro, gunung tertinggi di benua Afrika.
Sieling dan Budi (51) pada 14 Desember 2008 sukses menjejakkan kaki di puncak Gunung Aconcagua, Argentina yang tertinggi di Amerika, kemudian puncak Cerro Solo, di selatan De Los Andes, Patagonia, selatan Argentina pada akhir Desember 2008.
Perempuan itu pada 19 Maret- 22 April 2007 ke Nepal seorang diri, kemudian bersama Sujan (pemandu perjalanan) dan beberapa porter antara lain Binsin, mengembara ke Himalaya, mengulang perjalanan tahun 2006 yang belum tuntas dan sempat ke Gokyo dan sebagian Annapurna.
Ketika menjadi mahasiswi Unpar, Sieling tergabung dalam Tim Ekspedisi Maoke 1983 Mahitala Unpar ke Pegunungan Jayawijaya, Papua.(*)
"Di puncak, Ling akan berdoa dan dengan harmonika menyanyikan Indonesia Raya," kata perempuan berusia setengah abad, ibu tiga anak dan penyuka lagu-lagu "country" itu lewat pesan elektronik yang diterima ANTARA di Batam, Minggu malam.
Sieling tergabung dalam Indonesia Independence Day Team 2009 atau Tim Ekspedisi Elbrus Eiger-Mahitala bersama Budi Hartono Purnomo, rekannya dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Katolik Parahyangan (Mahitala-Unpar) Bandung.
Mereka sudah tujuh hari aklimatisasi cuaca dan medan salju menuju puncak barat Elbrus, 5.642 meter di atas permukaan laut (mdpl), teratas di Rusia dan Eropa, salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia.
Ketujuh puncak gunung tertinggi di dunia adalah Kilimanjaro (5.896 mdpl) di Tanzania, Vinson Massif (4.897) di Antartika, Everest (8.848) di Nepal/China, Cartensz Pyramid (4.884) Papua, Elbrus (5.642) di Rusia, McKinley (6.194) di AS, dan Aconcagua (6.926) di Argentina.
Bersama dua tim dari Indonesia, Franky Kowaas (Federasi Mountaineering Indonesia) dan Miranti, Akhmad Zaenal serta Willy dari TvOne, Sieling dan Budi akan mendaki puncak secara bersamaan untuk mengibarkan Merah Putih dan mengumandangkan Indonesia Raya pada 17 Agustus 2009.
"Hari ini kami telah brifing rute dan mengecek peralatan. Dijadwalkan `summit attack` dimulai Senin pukul 03:00 dari Pastukhova Rocks. Total perjalanan ke puncak sekitar 15 jam," kata Budi yang pada 2007 berhasil ke puncak Kilimanjaro, gunung tertinggi di benua Afrika.
Sieling dan Budi (51) pada 14 Desember 2008 sukses menjejakkan kaki di puncak Gunung Aconcagua, Argentina yang tertinggi di Amerika, kemudian puncak Cerro Solo, di selatan De Los Andes, Patagonia, selatan Argentina pada akhir Desember 2008.
Perempuan itu pada 19 Maret- 22 April 2007 ke Nepal seorang diri, kemudian bersama Sujan (pemandu perjalanan) dan beberapa porter antara lain Binsin, mengembara ke Himalaya, mengulang perjalanan tahun 2006 yang belum tuntas dan sempat ke Gokyo dan sebagian Annapurna.
Ketika menjadi mahasiswi Unpar, Sieling tergabung dalam Tim Ekspedisi Maoke 1983 Mahitala Unpar ke Pegunungan Jayawijaya, Papua.(*)
Sabtu, 01 Agustus 2009
Dewi Perssik
Edan betul wanita yang satu ini, gak heran si sapiul jamli minta cere'!!! lah dia juga sih nyari kerjanya lewat jalan mengumbar kontroversi... kagak ada habis-habisnya masalahnya cewe yg satu ini. Kontroversi kali ini adalah dari film PAKU KUNTILANAK.... yang menjadi masalah adalah banyak adegan yangternyata bisa lolos dari badan sensor, padahal terdapat dua pemain wanita yang salah satunya adalah dewi perssik sendiri yang memperlihatkan bagian tubuh yang bahkan untuk film sekelas hollywood pun harus di sensor.
terlepas dari salah siapa, tapi beginilah yang namanya tuntutan kapitalisme yang membuat film hanya berdasarkan seberapa banyak uang yang akandihasilkan tanpa memikirkan unsur edukasinya dan yang paling parah adalah melupakan hakikat dasar bahwa film adalah karya nyata dari sebuah kesenian, jadi... dimana usur seni dari film ini???
parahhhh...yang begini nih yang menghancurkan nama baik dunia perfilman indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)